Sumber: Majalah Islam Internasional Qiblati, Ramadhan 1433 H, Agustus 2012 M, Edisi 10 th. VII, hal 84-89.
Putra
sulung Abdushshamad Busyahri, Hamid Busyahri Abu Utsman menuturkan
kepada saya salah satu kisah terunik dan paling mengesankan bagi saya.
Dia berkata,
Lima
puluh tahun yang lalu, ayah saya, H. Abdushshamad Busyahri adalah
seorang penganut Syiah yang sangat rajin mengunjungi majlis-majlis
syirik yang dengan penuh kepalsuan dan kepura-puraan yang mereka beri
nama al-Husainiyyah. Sebuah penisbatan kepada al-Husain bin Ali radhiyallahu ‘anhuma,
padahal beliau sendiri tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan
majelis ini maupun orang-orang yang menghadirinya sampai hari kiamat
kelak. Ayah adalah seorang laki-laki yang multazim (taat, konsisten) dan
dermawan. Orang-orang fakir saban hari mendatangi kantornya. Meskipun
tidak bisa baca-tulis, beliau memiliki perhatian besar terhadap
majelis-majelis zikir dan kajian-kajian yang disampaikan oleh para ulama
Syiah yang datang dari Najef dan Qumm.
Sebagaimana
penganut syiah lainnya, sejak kecil ayah telah melahap dongeng dan
kedustaan para sayid Rafidhah (setiap orang yang mengklaim dirinya
bernasab kepada keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam disebut
sayyid, dan mayoritas orang yang mereka klaim sebagai sayyid, tidak
benar penasaban mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) bahwa
para khalifah kaum muslimin adalah musuh ahlulbait, musuh Rasulullah dan
musuh Islam. Musuh terbesar Rasulullah dan keluarga beliau yang suci
ialah Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin al-Khattab –mudah-mudhan Allah
meridhai mereka dan menjadikan mereka ridha- demikian juga dengan kedua
putri mereka yang suci, istri-istri Nabi, serta ibunda kaum mukminin,
meskipun orang-orang zindik tersebut tiada menyukai kenyataan ini.